Pedagang Keliling Perempuan di Lebak Berjuang Demi Ekonomi Keluarga

 

Pedagang Keliling Perempuan di Lebak Berjuang Demi Ekonomi Keluarga

 

LEBAK, JUARAMEDIA.COM – Sejumlah pedagang keliling perempuan di Kabupaten Lebak, Banten, berjuang keras demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga agar lepas dari kemiskinan di tengah pandemi COVID-19.

“Kami berjualan keliling selama 30 tahun lalu hingga kini bisa memenuhi persedian pangan keluarga dan membangun rumah,” kata Mak Samwi (70) seorang pedagang sayuran warga Desa Sangiang Tanjung Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak, Rabu (7/10/2020).

Mak Samwi mengatakan untuk mempertahankan ekonomi keluarga tanpa kenal lelah, meski usia sudah udzur dan masih kuat berjalan kaki sekitar 20 kilometer/hari dengan berangkat pukul 08.00 WIB dan pulang ke rumah pukul 16.00 WIB.

Selama ini, dirinya masih aktif berjualan keliling, karena memiliki tanggungan tiga anak dan suami, bahkan terkadang jika sakit diganti oleh anaknya.

Setiap hari berjualan keliling masuk kampung, keluar kampung di pedalaman Kabupaten Lebak hingga menyeberang jembatan gantung.

Selain itu jika musim hujan tentu hati-hati berjalan kaki karena khawatir digigit ular berbisa dengan melintasi perkebunan karet dan semak belukar di wilayah Kecamatan Kalanganyar sampai Kecamatan Cimarga.

“Kami berjualan keliling itu kini bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan belum pernah kerawanan pangan,” katanya menjelaskan.

Menurut dia, selama ini, omzet pendapatan sejak adanya pandemi COVID-19 relatif stabil dengan keuntungan sekitar Rp85.000/hari dengan modal Rp2 juta.

Keuntungan sebesar itu bisa terpenuhi kebutuhan makan keluarga dan sisanya ditabung, karena suaminya sebagai buruh serabutan.

Sayuran yang dijual keliling itu, kata dia, dirinya setelah shalat subuh pergi ke Pasar Subuh Rangkasbitung untuk berbelanja komoditas sayuran dan lauk pauk.

“Kami berjual keliling itu hampir setiap hari habis terjual karena banyak pelanggan,” katanya.

Mak Yayah (70), seorang perempuan warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku dirinya berjualan hingga 38 tahun lalu hingga kini masih bertahan untuk kebutuhan ekonomi keluarga.

Selama ini, ia mengaku belum pernah mengalami kesulitan ekonomi keluarga setelah suaminya meninggal sejak 20 tahun lalu.

“Kami berjualan kue keliling itu mampu menanggung biaya hidup satu adik dan dua anak keponakan yang sudah yatim piatu,” katanya menjelaskan.

Ia mengatakan, penyebaran Wabah Virus Corona baru atau COVID-19 ternyata mengais rezeki dan keuntungan sekitar Rp70.000, padahal biasanya hanya Rp40.000/hari.

Keuntungan itu, ujarnya, bisa memenuhi ekonomi keluarga dengan membeli beras dan lauk pauk juga sisanya dikumpulkan untuk membayar kontrakan rumah/bulanan

Sebab, dagangan aneka makanan yang dijual itu mengambil dari perajin dengan keuntungan sistem komisi.

“Kami berjualan itu sangat diuntungkan, karena banyak pelanggan sehingga berdagang habis laku terjual,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Dedi Rahmat mengatakan pemerintah daerah akan melakukan pembinaan kewirausahaan kepada para pedagang perempuan karena memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi keluarga sehingga dapat mengatasi kemiskinan.

Saat ini, populasi kaum perempuan dengan berjualan keliling mencapai ribuan orang,seperti mereka berjualan sayuran, aneka kuliner tradisional, lotek pecel, nasi uduk hingga rumah makan.

Bahkan, banyak ditemukan pedagang keliling perempuan berusia udzur berkisar antara 65 sampai 80 tahun masih aktif berjuang untuk ekonomi keluarga.

“Kami tahun 2021 akan melakukan pembinaan kewirausahaan dan pelatihan diversifikasi produk agar kaum perempuan mampu memperkuat ekonomi keluarga guna mewujudkan kehidupan mereka sejahtera dan tidak miskin,” katanya.(arya)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *