Akibat Wabah Covid-19, Omzet UMKM Lebak Terpuruk

Ani seorang pelaku UMKM warga Cibadak Kabupaten Lebak, Banten

Penulis :Arya |Editor :Budy 

JUARAMEDIA.COM LEBAK – Omzet pendapatan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Lebak, Banten, sejak tiga pekan terakhir ini terpuruk akibat merebaknya wabah virus corona atau COVID-19.

“Kami saat ini sudah bagus bisa bertahan hidup saja, karena pendapatan menurun jhingga 80 persen atau Rp200 ribu dari normalnya Rp1 juta/hari,” kata Ani (45), seorang pelaku UMKM warga Cibadak Kabupaten Lebak, Selasa (14/02/2020).

Selama ini, produksi makanan ringan “Pare Crispy” relatif terbatas, karena permintaan pasar menurun drastis akibat merebaknya wabah virus corona atau COVID-19.

Biasanya, kata dia, dirinya memproduksi sebanyak 50-60 kilogram sayuran paria sebagai bahan baku “Pare Crispy”.

Namun, kini hanya mampu memproduksi sebanyak 10 kilogram/hari karena menurunya permintaan pasar luar daerah.

Permintaan produksi “Pare Crispy” itu, selain di wilayah Banten juga menembus pasar DKI Jakarta, Bogor hingga Bandung.

“Kami memasarkan produk makanan ringan “Pare Crispy” itu secara online juga ada untuk minimarket,” katanya menjelaskan.

Menurut dia, umumnya omzet pendapatan penjualan “Pare Crispy” berkisar Rp1 juta sampai Rp1,5 juta, namun kini menurun drastis mencapai Rp150 ribu hingga Rp200 ribu/hari.

Menurunya omzet pendapatan itu, tentu sulit untuk mengembangkan usaha akibat dampak penyebaran virus Corona.

Bahkan, dirinya jika pendapatan menurun terus dan sepi permintaan konsumen kemungkinan besar akan menghentikan usaha itu.

“Kami berharap pemerintah dapat memberikan bantuan permodalan bagi pelaku UMKM yang terdampak bencana nasional penyebaran COVID-19,” katanya menjelaskan.

Begitu juga Lilis (45) seorang pelaku UMKM warga Warunggunung Kabupaten Lebak mengaku bahwa permintaan kerupuk emping melinjo yang diproduksinya menurun drastis akibat penyebaran virus Corona itu.

Biasanya, kata diam, dirinya mampu produksi kerupuk emping melinjo sebanyak 100 kilogram/pekan ke luar daerah dengan harga Rp60 ribu/Kg, namun kini hanya 20 kilogram/pekan.

“Kami merasa bingung dengan menurunya omzet pendapatan sekitar 90 persen dari Rp60 juta/pekan sehingga terpaksa merumahkan puluhab tenaga kerja,” katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Siti Samsiah mengatakan pihaknya kini tengah melakukan pendataan para pelaku UMKM yang terdampak penyebaran wabah pendemi COVID-19.

Karena itu, pemerintah daerah berkomitmen untuk membangun klaster-klaster ekonomi masyarakat melalui pelaku UMKM tetap berkembang.

Selama ini, kata dia, kehadiran UMKM sangat membantu pemerintah daerah dalam hal penyerapan lapangan pekerja tenaga lokal.

Apalagi, program “Lebak Sejahtera” yang dicanangkan kebijakan Bupati Lebak Iti Octavia bahwa pelaku UMKM menjadikan bagian garda terdepan untuk meminimalisasi kemiskinan dan penganguran.

“Kami saat ini tengah melakukan pendataan pelaku UMKM itu sebanyak 10.000 unit akibat dampak Corona untuk diajukan ke Provinsi Banten,” katanya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *