Dampak Virus Corona Harga Bawang Putih dan Masker Naik 

Kepala Bidang Perdagangan pada Disperindag Lebak, Agus Reza

Penulis:Rif/Bin|Editor:Yaris 

JUARAMEDIA.COM LEBAK – Harga Bawang Putih dan alat pelindung hidung atau masker mengalami kenaikan, setelah timbulnya salah satu wabah atau Virus, seperti Novel Coronavirus (Corona) yang berasal dari Negara Cina. Bahkan, kenaikan dan munculnya wabah tersebut, menimbulkan keresahan masyarakat. Khususnya di daerah Kabupaten Lebak.

“Benar harga Bawang Putih mengalami kenaikan sekitar 9 persen dari harga normal,” kata Kepala Bidang Perdagangan pada Dinas Perindustrian Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, Agus Reza saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (4/3/2020).

Dijelaskan Agus, harga Bawang Putih yang sebelumnya diangka Rp 36.000 untuk satu kilogramnya. Kemudian, setelah munculnya Virus Corona, harga tersebut meningkat menjadi Rp 38.000. Hal ini tentu, salah satu penyebab kenaikannya, diduga akibat minimnya pasokan Bawang Putih yang di impor dari Negara Cina.

“Pasokan terbesar Bawang Putih, yakni dari Negara Cina. Terlebih, saat ini negara mereka tengah dilanda musibah,” ungkapnya.

Disinggung soal upaya penanggulangan kenaikan harga Bawang Putih, pihaknya mengaku jika saat ini Disperindag dalam meminimalisir kenaikan harga sejumlah bahan pokok, telah melaksanakan Operasi Pasar (OP) yang dipusatkan di Pasar Rangkasbitung.

“Salah satunya di komoditas Bawang Putih, kami menjual harga untuk satu kilogramnya sebesar Rp 32.000 dan untuk kenaikan harga masker, bukan ranah kami yang dapat menjelaskannya secara detail,” ujarnya.

Di tempat berbeda, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Firman Rahmatulloh menegaskan jika pihaknya mengklaim untuk penggunaan masker sebetulnya, diperuntukkan hanya untuk pasien yang kondisinya dalam keadaan sakit.

“Sebetulnya saya menyarankan agar masyarakat tidak perlu membeli masker dan resah setelah munculnya Virus Corona, yang terpenting kita menjaga kesehatan fisik dibandingkan menggunakan masker,” kata Firman.

Firman menjelaskan, penggunaan masker untuk pencegahan penenularan Virus ganas, seperti di ruangan terbuka atau udara bebas. Sebetulnya, tidak perlu dilakukan. Terkecuali, di rumah sakit dan puskesmas atau bepergian jauh yang tentunya, akan bersetuhan langsung dengan masyarakat banyak.

“Salah satu contoh, jika anda menggunakan fasilitas kendaraan umum seperti kereta, bus serta kapal laut dan udara. Baru boleh menggunakannya,” jelasnya.

Menurutnya, agar terhindar dari beberapa penyakit, tentu pihaknya mengimbau agar masyarakat melakukan kebersihan mulai dari sebelum mengkonsumsi makanan terlebih dahulu mencuci tangan dengan air bersih. Kemudian, setelah berpergian biasakan membasuh permukaan wajah.

“Intinya, penggunaan masker tidak perlu di utamakan, yang terpenting menjaga kondisi dan mengkonsumsi makanan yang sudah benar-benar di masak,” ungkapnya.

Hidayat salah seorang warga mengaku jika pihaknya merasa sontak saat mau membeli masker di salah satu apotik yang ada di Rangkasbitung dengan harga satu boxnya dikenakan Rp. 150 ribu.

“Akibat munculnya Virus Corona, harga masker melonjak signifikan, karena sebelumnya harga masker diperkirakan sekitar Rp 40 ribu per boxnya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar

  1. Menurut pakar Ekonomi FEB Universitas Airlangga dampak dari merebaknya virus corona ke Indonesia mempengaruhui setidaknya ada dua sektor yang akan terkena imbasnya. Pertama adalah terganggunya proses produksi karena tertundanya impor bahan baku dan bahan penolong untuk industri manufaktur. Kedua, lanjutnya, ialah mengancam sektor pariwisata dan turunannya. Hal ini karena jumlah wisatawan China adalah ketiga terbesar setelah Malaysia dan Singapura, baik di level Jatim maupun nasional. http://news.unair.ac.id/2020/02/24/pakar-ekonom-unair-tanggapi-imbas-penyebaran-virus-corona-di-china-pada-perekonomian-indonesia/