Kisah Pilu Penjual Gorengan Asal Cigeulis Hidup Dibawah Garis Kemiskinan 

Redaksi - JuaraMedia
16 Mei 2020 08:12
4 menit membaca

Keluarga miskin pasangan Ali Husen (55) dan Susilawati (42) Menempati rumah sempit bertiang kayu berdinding anyaman bambu, warga Kampung Marapat Buruluk RT01/01 Desa Karyabuana, Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang

 

JUARAMEDIA.COM PANDEGLANG – Hidup dibawah garis kemiskinan tentunya sebuah fenomena klasik yang kerap kita lihat di sekeliling kehidupan kita. Siapa yang mau hidup miskin, tentunya semua orang ingin hidup sejahtera dengan penuh kecukupan. Tak usah kaya raya, asal setiap keinginan atau kebutuhan bisa terpenuhi.

Harapan tersebut tersirat dalam hati sanubari Keluarga miskin pasangan Ali Husen (55) dan Susilawati (42) warga Kampung Marapat Buruluk RT01/01 Desa Karyabuana, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Menempati rumah sempit bertiang kayu berdinding anyaman bambu Keluarga Ali Husen yang tinggal bersama istri, ibu dan 3 anaknya itu pun harus rela menjalani hidup kumuh jauh dari kata higienis. Karena di rumah gubuk itu, tidak memiliki fasilitas MCK.

Fenomena ini tentunya merupakan tamparan keras Pemerintah khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten, dalam perannya melindungi masyarakat, seperti penjelasan atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235.

Dimana secara umum menjelaskan, tujuan negara dalam amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar RI 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Jika pemerintah telah menjalankan dengan baik perundang-undang tersebut, hal itu tentu, akan meminimalisir rakyatnya dalam kemiskinan, dan sepertinya keluarga miskin pasangan Ali Husen dan Susilawati, tidak lagi mengalami penderitaan pedih menanggung hidup dalam kemiskinan.

Ali Husen sendiri mengaku berasal dari Kecamatan Mandalawangi dan bekerja serabutan, paling paling menjadi buruh tani itu pun jika ada yang membutuhkan tenaganya. Dia juga kerap membantu adik iparnya mengurus menggembala 6 ekor kambing.

Sementara guna menopang kebutuhan sehari-hari nya Ali hanya bisa mengandalkan tenaga istrinya yang berjualan gorengan keliling kampung. Dan itu pun dagangan yang dijajakannya bukanlah hasil modal sendiri melainkan milik orang lain, istri Ali sebatas jasa pedagang saja dengan keuntungan relatif kecil jauh dari standar penghasilan pemilik modal.

“Jika istri tidak jualan gorengan, tak ada lagi sumber pendapatan kami, terpaksa kami pun harus makan seadanya. Biasanya yang dimakan itu, pisang dan singkong. Tapi Alhmdulilah kadang kami dibantu oleh saudara atau kerabat yang memberi makanan,” ungkap Ali Husen pada media, Jumat (15/05/20).

Ditempat yang sama Susilawati (Istri Ali) dengan penuh ratapan kesedihan terpancar di raut mukanya mengaku tetap bersyukur atas usaha kecil yang telah dijalaninya selama ini. Dia pun mengatakan, jualan gorengan terkadang dia juga membuat kue sendiri itu pun ketika ada modal.

“Dulu sewaktu belum punya uang, saya memang jualan gorengan milik orang lain, tapi sekarang itu pun jarang -jarang kalau pas lagi ada uang dagangannya bikin sendiri dan jual sendiri. Kayak kemarin pak saya ada modal uang Rp.80.000,- bisa usaha, dan uang hasil jualan digunakan untuk membeli beras serta kebutuhan jajan anak- anak,” tandasnya

Namun, semenjak ada pandemi Covid 19, usaha gorengan Susilawati, tidak laku, mungkin karena dampak dari Corona dan juga bulan puasa Ramadhan.

“Iya Pak sudah 3 (tiga) hari ini jualan gorengan kurang laku, mungkin akibat dampak Corona ya Pak,” cetus Susilawati kepada indonesiasatu seraya mencucurkan air matanya mengaku kesedihan yang dia rasakan ketika melihat anak-anaknya yang tak bisa belajar di rumah melalui sistem online, lantaran tidak memiliki HP seperti orang lain.

Disinggung bantuan pemerintah, Susilawati mengatakan, kalau keluarganya belum pernah mendapatkan bantuan apapun seperti program PKH, BPNT atau program sosial lainnya. Hanya pengakuannya sempat menerima bantuan pangan berupa telur sebanyak 2 Kg dari pegawai Desa Karya Buana bernama, Aman.

Menurut informasi dari warga dan tetangga seputar keluarga Ali Husen. Dari salah satu warga mengaku bernama Ida membenarkan kalau kehidupan pasangan keluarga Ali dan Susi begitu memprihatinkan.Bahkan untuk makan saja kata Ida, mereka harus menjual gorengan terlebih dulu dan itu pun kadang tidak cukup.

“Benar Pak, tetangga saya ini kehidupannya memprihatinkan, lihat saja sama bapak, itu tempat tinggalnya saja tidak layak. Mau makan saja susah. Mereka memliki 3 anak, sambil mengurus ibunya yang sering sakit-sakitan,” paparnya seraya berharap pemerintah membantu setiap kesulitan dan kesusahan yang dialami warganya seperti keluarga Ali Husen itu. (dni/bud)

 

TIM REDAKSI
Author: TIM REDAKSI

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *