PANDEGLANG – Pelanggaran penerapan tarif angkutan lebaran yang dilakukan para sopir dan kernet kepada para penumpang sepertinya sudah menjadi budaya. Pasalnya, walaupun tarif angkutan lebaran tidak ada kenaikan, para sopir dan kernet masih semena – mena meminta tarif kepada para penumpang bahkan hingga 100 persen.
“Banyak pelanggaran yang dilakukan oleh para sopir salah satunya tarif angkutan yang seenaknya. Saya akan panggil pengurusnya sore ini, jika tidak ada itikad baik saya akan bersurat kepada kementerian karena yang berwenang mencabut trayeknya,” tegas Bupati Irna Narulita saat sidak tarif angkutan di Terminal Kadubanen, Jum’at (31/05).
Saat sidak, Bupati Irna Narulita masuk kedalam bis guna memastikan tidak adanya pelanggaran yang dilakukan. Namun, pada kenyataannya para sopir dan kernet menarif harga yang jauh dari jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah.
“Harusnya 36 ribu ternyata ada yang kenaikannya hingga 100%, makadari itu saya minta untuk dikembalikan. Saya juga meminta penumpang untuk mencatat nomer saya khawatir adanya pengembalian uang membuat penumpang diturunkan ditengah jalan. Saya apresiasi Arimbi yang sudah menempel dan memberlakukan sesuai tarif angkutan, tinggal asli dan murni yang belum punya itikad baik,” katanya.
Pencabutan trayek bus memang kewenangannya ada di pihak Kementerian Perhubungan. Kendati demikian, dikatakan Irna dirinya sudah berkordinasi dengan pihak kementerian yang bertanggung jawab di Pandeglang agar difasilitasi untuk bertemu dengan PO Bus.
“Pak Muksin dari kementerian perhubungan yang ditempatkan di Pandeglang sudah kami hubungi, dalam kondisi ini harusnya pihak pusat juga respon cepat karena ini berkaitan dengan masyarakat. Jika nanti setelah ketemu masih tidak mau mentaati aturan tarif yang diberlakukan, saya akan bersurat langsung kepada kementerian dengan tembusan Gubernur Banten untuk pencabutan trayek karena ini sudah tidak dapat dibiarkan,” tandasnya.
Selain geram terhadap sopir, Irna berharap para PO juga berlaku adil jangan ada tekanan kepada para sopir terkait setoran yang tinggi setiap rit perjalanan.
“Karena supir juga merasa ditekan, sehingga berlaku seperti itu sedangkan penumpang tidak terlalu banyak,” ujarnya. (dni/yaris)