Program Ketapang Tahun 2022 di Desa Cigoong Utara Dinilai Mubazir

Caption: Rincian biaya Ketapang Tahun 2022 Desa Cigoong Utara. 

JUARAMEDIA.COM.LEBAK – Sejumlah penerima manfaat program Ketahanan pangan atau Ketapang di Desa Cigoong Utara Kecamatan Cikulur, menilai bahwa program yang dibiayai dari dana desa tersebut, dianggap mubazir. Pasalnya, hingga saat ini kegunaannya tidak bermanfaat.

“Jika bantuan dengan bentuk barangnya ada. Seperti, lima unit traktor sudah kami terima. Namun, hingga saat ini tidak digunakan. Lantaran, belum sesuai spesifikasi untuk membajak sawah,” kata Saki seorang penerima manfaat Ketapang yang merupakan warga di Kampung Paranje saat ditemui di kediamannya. Selasa (23/5/2023).

Menurutnya, kelima unit traktor yang sudah disalurkan oleh Pemerintah Desa Cigoong Utara, belum sama sekali dipergunakan. Bahkan, barang tersebut masih utuh.

“Jika mengenai merk, sebetulnya tidak masalah bagi kami, mau merk yang murah sekalipun. Namun, spesifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan. Intinya, ada barang tapi tidak ada manfaatnya, dan ini diluar usulan kami,” ungkapnya.

Di tempat berbeda, Husni seorang penerima manfaat dan salah satu staf di Desa Cigoong Utara mengaku bahwa ia juga menerima bantuan Ketapang berupa Ikan Emas sebanyak 2500 ekor.

“Mengenai bantuan Ikan Emas. Jujur, saya tidak pernah mengusulkan dan tidak memiliki kelompok. Tapi, karena penerimaannya mendadak dan situasinya malam hari. Sehingga, dengan terpaksa saya terima ikan tersebut,” ujarnya.

Dijelaskannya, sebelumnya, ia tidak mengetahui bahwa ikan yang diterimanya tersebut. Merupakan bantuan dari program Ketapang.

“Intinya, saya hanya menerima. Karena, pada saat itu. Hanya saya, yang memiliki kolam luas untuk menampung ikan sebanyak itu. Sedangkan, anggarannya, semuanya yang mengatur, mulai dari pembelanjaan hingga penyaluran oleh kepala desa,” tegasnya.

Di sisi lain, TK Dika Pari 2 Kampung Nagreg berdasarkan informasi yang diperoleh, hingga saat ini manfaat pembangunan Sarana Air Bersih (SAB) sama sekali belum dirasakan oleh warga setempat. Hal ini, karena menyusul, terkendala dengan saluran listrik.

“Bagaimana mau digunakan, KWH listriknya juga tidak ada,” kata seorang warga setempat yang namanya enggan disebutkan.

Terpisah, Kepala Desa Cigoong Utara, Habibi menegaskan bahwa mengenai penggunaan anggaran Ketapang disesuaikan dengan RAB. Sedangkan, informasi KWH yang belum terpasang.

“Bukan tanggungjawab kami. Tapi, Pak Haji Saen,” kilahnya. (ika).