Tenun Baduy Diminati Wisatawan Lokal dan Mancanegara 

Tenun Baduy Diminati Wisatawan Lokal dan Mancanegara 

 

JUARAMEDIA.COM LEBAK – Tenunan suku baduy yang dikerjakan secara manual banyak diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara, aktivitas perempuan suku baduy dalam kesehariannya menekuni usaha tenun untuk menopang mata pencaharian kehidupan sehari hari, sementara kaum pria bercocok tanam di hutan.

Janah (35) warga Kampung Ketug Desa Kanekes Kecamatan Lewidamar Kabupaten Lebak ketika di konfirmasi menuturkan, sehari hari pekerjaannya menenundengan logat bahasa baduynya,

“Sasapoe pagawean kami ieu Neneng, jeung salaki kami ka kebon tani (Tiap hari kerjaan saya ini nenun, suami saya ini ke kebun bercocok tanam),” kata Janah dalam logat sunda Baduy nya, seorang penenun warga Kampung Ketug Desa Kanekes, kepada JUARAMEDIA.COM disela sela aktivitas tenun nya, Senin (28/12/2020).

Menurutnya, penghasilan sehari dari menenunnya tersebut lumayan besar untuk makan keluarga nya bisa mencapai Rp500 ribu tiap hari. Kata dia, penjualan kain tenun tiap hari bisa 5 sampai 10 kain terjual.

‘Penghasilan sapoe lumbayan gede jeung dahar keluarga kami, bisa nyampe 500 ribu tiap poe, bisa nyampe 500 ribu sapoe bisa ngajual 5 sampe 10 kain kajian (penghasilan tiap hari lumbayan besar buat makan keluarga saya, bisa mencapai Rp 500 ribu dalam sehari bisa terjual 5 sampai 10 kain bisa terjual,” ujarnya.

Dijelaskannya, usaha tenun ini, diantaranya baju Kampret, Selendang, Kain sarung, Kain swat, Kain Kadu Mancung, Kain Sarung Laki laki perempuan, asesoris dan macan produk lainnya. Kegiatan ini sudah turun temurun dari jaman nenek moyang, sehari bisa terjual lima sampai sepuluh bahan. jika hari besar (libur) penjualan lebih meningkat dari hari biasanya.

“Dalam pengerjaan bahan tenun dari benang yang di beli dari jakarta, dengan alat manual seadanya,dalam proses pengerjaannya paling cepet 10 hari dan paling lambat 15 sampai 20 hari tergantung bahan yang mau di buatnya,” beber Janah.

Sementara Serli warga baduy lainnya yang sama sama menekuni usaha tenun menuturkan, kegiatan ini menjadi kegiatan rutin masyarakat perempuan baduy yang kesehariannya dijadikan usaha untuk meningkatkan perekonomian semua warga baduy di samping bercocok tanam.

“Usaha tenun ini murni modal pribadi tanpa ada bantuan dari pemerintah ataupun desa,” katanya. (ade/JM) 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *