Mulai 9-15 September 2019. Lagi, Pemkab Lebak Akan Gelar Festival Seni Multatui

LEBAK – Lagi , Pemkab Lebak melalui Dinas Pendidikan dan Kabudayaan Kabupaten setempat akan menggelar Festival Seni Multatuli (FSM) yang akan digelar mulai Senin (9/9) hingga Minggu (15/9) mendatang bertempat di Museum Multatuli, Rangkasbitung.

Kegiatan Festival ini akan menampilkan berbagai kegiatan seni. Diantaranya, festival teater, pameran seni rupa, penerbitan dan bedah bedah buku kumpulann cerpen dengen tema “Cerita dari Lebak“, symposium : membaca ulang Max Havelear, bincang film bersama Riri Reza, festival kesenaian tradisi, wayang golek, ceramah, karnaval kerbau, konser music tradisi yang meliputi kesenian Ubrug Sobang, Kariding Baduy, dan Rengkong.

“Tentunya kita harapkan melalui berbagai sajian FSM ini akan mampu menarik masyarakat sekitar Lebak. Banten, Jabodetebek, Indonesia dan Wartawan mancanegara, juga yang membaca Max Havelear, menganggumi Multatuli maupun bergerak di bidang pariwisitas,” ujar Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya dalam konperensi persnya yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Wawan Ruswandi, Kabid Budaya Wawan Sumara dan Direktur Museum Multatuli yang juga menjabat Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Dibduk Lebak, Ubaidillah Muchtar di Musem Multatulii , Kamis ( 5/9).

Sementara itu Kadis Dikbud Lebak Wawan Ruswandi mengatakan, FSM ini merupakan festival khas yang berada di Kabupaten Lebak dengan tujuan menjadikan sarana ekpresi untuk para pelaku di Kabupaten Lebak.

“Dan kami yakin bahwa kebudayaan Lebak akan mampu bertahan dan bersenyawa seiring pergerakan zaman yang terus berkembang dan berpijak pada kenyataan. Karena itu pada festival ini kami tetap menghadirkan seni tradisional, seperti Ubrug Sobang, Karniding Baduy dan Rangkong ditengah tarian modern dan musik,“ kata Wawan.

Festival ini kata Wawan, diisi oleh kegiatan yang mengawinkan tradisi lokal dengan ilmu pengetahuan, sehingga secara tidak langsung dapat mengajarkan kepada pengunjung cara mencintai kebudayaan.

“Ini jelas berlawanan dengan kebudayaan masa kini yang sifatnya temporer dan mudah dilupakan dan kehilangan jejak, dan mau mengakomodasi semua hal, sehingga berakhir dengan dengan tak punya ciri khas,” katanya.

Selain itu sambung Wawan Ruswandi, FSM ini juga menghadirkan komunitas sebagai palaksana yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah sebagai supervisi.

“Karena itu kita berharap pelaksanaan festival ini bisa terlaksana lebih sukses lagi dari pelaksanaan festival tahun sebelumnya,” pungkasnya. (ade/yaris)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *