Polisi Lidik Pelaku Pembunuhan Gadis Kanekes, Kades Kanekes, Saija : Jika Pelaku Warga Asal Baduy Akan Diproses Hukum Adat

LEBAK – Sarwi (13) gadis asal Kampung Karahkal, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar ditemukan terakhir oleh kakak kandungnya, Arsad (14) dalam keadaan tidak bernyawa dan berlumuran darah pada Jumat (30/8/2019) sekitar pukul 16.00 Wib. Ironisnya, selain berlumuran darah, dibagian alat vital korban ditemukan adanya bercak sperma.

Kepala Desa Cisimeut Raya, Ohan Bahari mengatakan, bahwa peristiwa tersebut diketahui setelah kaka korban Arsad mendatangi kantor Desa Cisimeut Raya dan meminta bantuan untuk melaporkan kejadian yang telah menimpa keluarganya ke pihak kepolisian setempat.

“Arsad memberikan informasi bahwa adik kandungnya ditemukan tewas di gubug yang selama ini dijadikan tempat ia bermukim dan berladang bersama korban serta kedua orang tuanya,” kata Ohan Bahari menyerukan perkataan Arsad kepada Tangsel Pos, saat dihubungi melalui sambungan telepon selulernya, Minggu (1/9).

Ohan menjelaskan, mendengar kabar yang mengejutkan tersebut, pihaknya bersama kakak kandung korban, perangkat desa dan warga setempat, langsung mendatangi lokasi yang dimaksud. Untuk memastikan kebenarannya.

“Setelah datang ke lokasi, benar bahwa apa yang dilaporkan Sarwi kepada kami. Tidak lama kemudian, kita langsung melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Leuwidamar,” terangnya.

Kata dia, sebelum korban ditemukan tewas, dipagi hari Arka yang merupakan ayah kandung korban tengah mengajak istrinya atau ibu kandung korban untuk menggarap sawah di Kampung Bantar Naga yang jarak tempuhnya sekitar dua jam setengah dari tempat ia bermukim.

“Arka memiliki dua anak perempuan dan satu laki-laki, anak pertamanya Santi seorang perempuan yang sudah menikah dan tinggal di Kampung Karahkal bersama suaminya, sedangkan Arsad dan korban tinggal satu tempat bersama kedua orang tuanya di gubug tersebut,” ujar Ohan.

Menurutnya, berdasarkan penyampaian Arsad, bahwa ibu dan ayahnya, sejak pagi Jumat (30/8) tengah berangkat menggarap lahan. Sedangkan Arsad keluar membawa senapan angin.

“Arsad menemukan korban setelah dirinya usai berburu, sedangkan ayah bersama ibunya menemukan anak gadis bungsunya setelah banyaknya warga dan polisi yang tengah melakukan penyelidikan penyebab tewasnya korban di gubug yang ia tempati,” imbuhnya.

Kata Ohan, Arka (Ayah Kandung korban -red), justru datang terlambat bersama istrinya setelah menggarap lahan milik salah satu keluarganya yang berada di luar Desa Cisimeut Raya.

“Mengenai pelakunya, belum diketahui. Entah, itu warga Baduy atau warga luar. Akan tetapi, pihak kepolisian masih melakukan proses pemanggilan saksi dari keluarga terdekat terlebih dahulu,” tukasnya.

Terpisah Kapolres Lebak, AKBP Dani Arianto mengaku kasus pembunuhan terhadap Sarwi gadis asal warga Baduy Luar, tentu masih dalam penyelidikan.

“Jenazah korban, sudah kita pulangkan ke kediaman orang tuanya, setelah di autopsi di Rumah Sakit Serang,” singkat Dani di ujung akun WhatsAppnya, Minggu (1/9).

Di tempat berbeda Kepala Desa Kanekes, Saija mengatakan, jika pelaku sudah ditemukan. Tentu mengenai proses hukumnya, tergantung pelaku berasal dari mananya.

“Kalau pelaku asal warga Baduy, akan diproses hukum adat sedangkan jika pelaku warga luar Baduy, tentu akan dihukum secara negara,” kata Saija saat dihubungi melalui sambungan telepon selulernya, Minggu (1/9).

Dia menjelaskan, jika proses hukum adat maka pelaku akan disucikan melalui beberapa upacara yang dipimpin oleh Jaro Tujuh dan Puun ke tiga. Hal tersebut, merupakan sebuah proses hukum adat yang memakan biaya yang cukup besar. Kalau pelakunnya warga Baduy.

“Jaro Tujuh merupakan kepala atau sesepuh yang dipercaya mampu melaksanakan ritual upacara untuk mensucikan pelaku, agar cucu dan keluarganya, terbebas dari dosa akibat perilaku bejatnya,” paparnya.

Ia menambahkan bahwa untuk saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi ciri-ciri pelaku. Sebab, kasus ini tengah ditangani pihak kepolisian.

“Korban sudah dikembalikan ke keluarganya, sedangkan saat ditanya, siapa nama ibu kandung korban, ia mengaku nama aslinya lupa,” pungkasnya.

Sementara Aman Sudarman yang merupakan anak dari mantan Sekretaris Desa Kanekes mengaku bahwa proses pemakaman korban biasanya tidak jauh beda dengan adat istiadat di Kabupaten Lebak.

“Korbannya dikubur dan diberikan doa satu pekan hingga 40 hari. Perbedaannya, jika kuburan warga Baduy tidak diberikan tanda atau sebuah batu nisan. Namun mereka hanya menandai makam menggunakan pohon hanjuang merah,” katanya. (ika/yaris).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *