Kampung Seupang Penghasil Kalimaya Kini Menjadi Kenangan 

Kampung Seupang, Kabupaten Lebak, Banten, Penghasil Kalimaya Kini hanya menyisakan Kenangan

 

Laporan :Arya |Editor :Budy 

Lebak, JUARAMEDIA.COM – Kampung Seupang merupakan salah satu kampung yang terkenal di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dari kampung itulah nampak gemerlap kilau batu kalimaya hasil galian masyarakat setempat yang menjadi ciri khas dari Kabupaten Lebak, dan sering diincar oleh para wisatawan dalam negeri dan mancanegara sebagai koleksi batu mulia.

Untuk menuju lokasi kampung, hampir akses yang dilewati masih berbatu dan terjal. Bahkan warga setempat swadaya membangun jaringan jalan dan listrik demi mendorong kemajuan warganya.

Namun, kampung yang eksotis ditepi Sungai Ciberang ini hanya tinggal cerita, karena tersapu banjir bandang luapan Sungai Ciberang yang melulu lantahkan seluruh isi kampung beserta harta bendanya musnah.

Dan bersyukurnya, tidak ada korban jiwa karena saat itu banjir yang menerjang datang disaat warga sedang siap bekerja di pagi hari.

Di kampung itu ada 39 rumah, satu mesjid dan satu sekolah madrasah yang sudah berdiri hampir 40 tahun.

Madrasah tersebut bernama Madrasah Ibtiddaiyah (MI) Mathla’ul Anwar (MA) Seupang, didirikan murni oleh hasil swadaya warga setempat. Sudah puluhan lulusan yang berhasil melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kondisi sekolah yang kini hancur menjadi puing-puing beserta rumah warga yang hanyut menjadi kisah tersendiri bagi warga Kampung Seupang.

Kesedihan dan derita warga mulai terasa ketika kampung mereka dijadikan lokasi genangan mega proyek Waduk Karian senilai 35 trilyun untuk suplai air baku wilayah Jakarta , Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek).

Namun, apa daya efek samping dari keberadaan waduk tersebut menjadi momok tersendiri bagi warga yang berdiam disekitar tepi Sungai Ciberang.

Akhir-akhir ini warga sering terdampak oleh banjir bandang yang datang tiba-tiba menerjang permukiman warga sambil membawa lumpur dan gelondongan kayu besar yang ikut terbawa derasnya arus Sungai Ciberang yang mengamuk.

Namun, warga tidak bisa berbuat apa_apa, karena apalah daya mereka sebagai rakyat biasa yang seringkali harus berhadapan dengan para aparat dan penguasa yang tidak segan-segan mengusir mereka secara halus untuk meninggalkan kampung halamannya dengan iming-iming ganti rugi yang sebenarnya tidak adil secara manusia.

Kini sekolah MA Seupang dan kampungnya hanya tinggal cerita dan kenangan yang membekas dalam jiwa warga Seupang.

Mereka harus menelan pahit kesedihan demi kesedihan setelah dipaksa untuk relokasi degan janji ganti rugi yang sampai saat ini belum mereka dapatkan, setelah itu mereka harus rela menderita dan susah payah ditenda pengungsian akibat banjir bandang yang menghancur rumah dan seisinya.

Sempurnakanlah kesedihan warga Seupang. Apalagi yang berpikir dalam benak anak-anak mereka terkait nasib dan masa depan mereka setelah sekolah yang mereka cintai kini tinggal onggokan sampah.

Makanya, hanya rasa kemanusian dan nurani kita yang sedang tertimpa bencana, kiranya kepada pemerintah dan instansi terkait segera bergerak untuk memberi dukungan moril dan material kepada warga Seupang supaya bangkit dan semangat menatap masa depan mereka.

Mereka berharap, semoga relokasi dan ganti rugi yang sesuai yang kerap dijanjikan segera datang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *