Kabupaten Banyumas Kaji Banding Pengentasan Stunting Ke Pandeglang

PANDEGLANG – Kabupaten Banyumas melakukan kaji banding pengentasan stunting ke Kabupaten Pandeglang, Kamis (19/9).

Pasalnya, Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang mendapatkan apresiasi dari Kemendagri atas suksesnya penurunan angka stunting dalam waktu yang cepat.

Assisten Pemkesra Kabupaten Banyumas Sri Yono mengatakan, kedatangannya ke Pandeglang bersama rombongan ingin mengetahui bagaimana cara penurunan stunting di Pandeglang dalam waktu yang singkat.

“Pada mulanya kami berkonsultasi ke Kemenkes untuk mendapatkan arahan terkait penurunan angka stunting. Dari pihak Kemenkes menyarankan kepada kami jika ingin cepat dalam penurunan stunting silahkan berkunjung ke Pandeglang,” tuturnya.

Dikatakan Sri Yono, di Kabupaten Banyumas sendiri angka stunting nya cukup memprihatinkan hingga 20% pada tahun 2018 dari angka kelahiran.

“Padahal kami sudah berupaya semaksimal mungkin, untuk itu kami datang kesini mencari tahu caranya bagaimana Kabupaten Pandeglang dapat menurunkan angka stunting hingga 8% dalam kurun waktu 6 bulan,” tandasnya.

“Untk itu kami bertekad bagaimana caranya bisa datang ke Pandeglang, kok bisa selama 6 bulan bisa menurunkan 8%,” imbuhnya.

Bupati Pandeglang Irna Narulita pada kesempatan tersebut mengatakan, ada 6 Kecamatan 10 Desa yang menjadi Lokus penurunan angka stunting diantaranya Kecamatan Koroncong.

“Kita melakukan cross cutting program, jadi setiap OPD harus ikut serta dalam program pengentasan masalah stunting misalnya DPKPP dengan sanitasinya dan Dinkan dengan program gemar makan ikan,” ujar Irna.

Dikatakan Irna, tidak hanya Pemkab saja yang turun tangan, dalam penurunan angka stunting Pemda Pandeglang didampingi oleh beberapa pihak yakni PT Danon Indonesia dan RSCM.

“Ini harus ada kebersamaan dalam pengentasannya tidak hanya satu pihak saja, bahkan program yang dari Pemerintah pusatpun kami arahkan ke daerah yang menjadi lokus stunting seperti program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera (BEKERJA),” jelasnya.

Masih kata Irna, terjadinya stunting itu karena kurang nya asupan gizi bagi si janin dari sejak dalam kandungan. Bahkan kata dia, kasus stunting ini terjadi bukan karena keterbatasan ekonomi.”Faktanya ada keluarga mapan yang tidak kekurangan apapun mengalami hal tersebut. Intinya asupan gizi ibu – ibu muda harus tercukupi, dan anak dalam 1000 hari masa kehidupan harus tercukupi gizinya,” tuturnya.

Lebih jauh Irna menjelaskan, dan yang saat ini balita yang sudah dikategorikan stunting hanya bisa berikan stimulus.”Kita terus dorong dengan berbagai program melalui Dinkes, Kecamatan dan TP-PKK. Dan rantai stunting ini harus kita putus dengan pemberian asupan gizi yang cukup bagi ibu dan janinnya,” tutupnya. (dni/yaris)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *