Siswa Madrasah Nurul Anfhal Belajar Di Gubuk

LEBAK – Sedikitnya, 105 siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Anfhal di Kampung Godang Pasir, Desa Taman Jaya, Kecamatan Cikulur, terpaksa menumpang belajar di salah satu gubuk yang letaknya tidak jauh dari bangunan gedung asal sekolah setempat.

Hal ini terjadi, karena sebelumnya beberapa wali murid merasa khawatir dan menyatakan keberatannya, jika anak-anak mereka saat melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di gedung yang kondisinya nyaris roboh.

“Relokasi pembelajaran di gubuk ini, memang benar kami lakukan. Hal ini bertujuan agar guru dan siswa bisa menjalankan perannya masing-masing disaat berlangsungnya proses KBM,” kata Kepala MI Nurul Anfhal Deden Roup saat ditemui di depan gubuk yang tengah dipergunakan proses KBM, Rabu (18/9).

Dia menjelaskan, sebelum adanya keluhan dari sejumlah wali murid, tentu pihaknya sudah merencanakan pemindahan proses KBM. Namun, karena hingga saat ini belum kunjung mendapatkan bangunan sementara yang dapat digunakan dengan jangka panjang. Oleh karena itu dengan terpaksa yayasan memilih gubuk ini dijadikan sarana pembelajaran.

“Sebetulnya, kami sudah mengajukan permohonan ke beberapa instansi terkait, yakni pemeritah setempat dan Provinsi Banten. Akan tetapi, hingga saat ini belum adanya tindak lanjutnya,” ungkapnya.

Ia menambahkan, jika kedepan belum mendapatkan bantuan rehab berat, terpaksa siswa harus betul-betul siap menerima cobaan mereka saat belajar.

“Ya, karena kita tak mampu untuk membangun gedung tersebut,” ujarnya.

Selain itu, ia mengaku bahwa ketiga ruangan tersebut tidak bisa dilakukan rehab ringan. Sebab, hal pertama dapat dilihat dari atap bangunan kondisinya sudah rapuh, kemudian tembok dan alasnya pun mengalami keretakan. Sehingga, madrasah ini perlu direhab berat.

“Hingga saat ini, kami selalu berusaha mendorong dan membuat permohonan atau proposal pengajuan bantuan rehab total ke pihak manapun,” ujarnya.

Dia berharap, semoga dengan tekad dan keinginan yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan terhadap baik guru maupun siswa , dirinya meyakini, bantuan tersebut akan diperolehnya.

Di tempat yang sama, Ajeng salah seorang siswa kelas VI di MI Nurul Anfhal mengaku bahwa dirinya merasa sedih. Lantaran, ia sering di ejek oleh teman-temannya yang tentunya, berbeda sekolah.

“Saya sering di ejek, kalau kami sekolahnya di tempat gubuk,” kata Ajeng dengan memperlihatkan kesedihannya.

Ajeng berharap, semoga sekolah ini cepat dibangun. Karena, dirinya khawatir akan bernasib sama yang kerap mendengar ejekan dari teman sebayanya di sekolah berbeda.

Sementara Ketua Yayasan MI Nurul Anfhal, Baharudin mengaku bahwa pihaknya belum adanya modal untuk merehab total sebanyak tiga lokal ini. Sebab, pengerjaannya membutuhkan modal yang besar.

“Jangankan membangun, untuk memberikan honor ke delapan guru pendidik, saya akui belum lancar. Apalagi, untuk merehab total,” ujarnya. (ika/yaris)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *